Rabu, 30 Oktober 2013

Komunikasi Dengan Anak Autis




Anak autis yang pendiam dan tidak mau bicara memang susah diajak berkomunikasi. Namun menurut penelitian terbaru, cara paling efektif untuk berkomunikasi dengan anak autis adalah melalui gambar.

Metode tersebut pun dilaporkan lebih ampuh daripada menggunakan bahasa isyarat yang selama ini dipakai untuk berkomunikasi dengan anak autis.

Sekitar seperempat anak autis memang jarang sekali bicara atau bahkan tidak berkata apa-apa sama sekali. Kondisi tersebut tak jarang berlanjut hingga mereka dewasa, demikian menurut instansi pendukung autisme, Autistica.

Para ahli sebenarnya sudah mencoba banyak cara untuk berkomunikasi dengan anak autis. Kini, penelitian terbaru pun menyebutkan kalau intervensi dini yang bertujuan untuk mengembangkan bahasa alami dan meningkatkan kemampuan motorik dianggap sebagai cara efektif dalam berkomunikasi dengan anak autis.

Peneliti dari University of Birminghamdi Inggris menemukan kalau komunikasi melalui gambar cukup efektif untuk menarik perhatian anak autis dan berbicara. Dengan gambar, anak autis kemungkinan besar bisa memberikan komentar atau menanyakan hal lain yang berhubungan dengan gambar yang diberikan.

Selain gambar, cara efektif lain untuk berkomunikasi dengan anak autis adalah melalui metode respon pivotal. Metode tersebut memberikan kesempatan bagi anak autis untuk meminta sesuatu dengan cara menuturkan kemauannya.

"Contohnya, jika seorang anak meminta bola dan berkata "Bo" maka ia akan diberi penghargaan," terang peneliti Joe McCleery, seperti yang dikutip dari My Health News Daily.

Sumber : Merdeka.com

Kamis, 03 Oktober 2013

Antioksidan Untuk Autis





Para peneliti di Stanford University School of Medicine dan rumah sakit anak Lucile Packard yang meneliti 31 anak dengan kondisi autis menyebutkan bahwa antioksiodan berjenis N-Acetylcystein atau disebut NAC dapat membantu terapi anak terkait dengan autisme.

Menurut mereka, antioksidan NAC dalam vitamin C dan E diperkirakan mampu mengurangi kondisi mudah marah dan mengurangi pola sikap mengulang yang biasa ditunjukkan anak pengidap autis.

"Kami tidak berbicara tentang hal-hal ringan. Ini merupakan masalah besar saat anak dengan autisme sudah berbuat anarkis seperti melempar, menendang, dan memukul." kata peneliti utama Dr. Antonio Hardan seperti dikutip dalam Healtylife.

"Perilaku ini harus dibatasi karena dapat mempengaruhi kegiatan belajar dan kegiatan lainnya," lanjutnya.

Dalam penelitian ini dilibatkan 31 anak pengidap autis dalam rentang umur 3-12 tahun selama 12 minggu. Penelitian tersebut diperiksa setiap minggunya dan menunjukkan hasil penurunan yang cukup signifikan, yakni sebesar 13,1-7,2 pada Daftar Periksa Perilaku Menyimpang. Tak hanya itu, dalam penelitian tersebut juga menunjukkan pengurangan tindakan repetitif pada anak-anak.

Bagi peneliti, resiko pemberian antioksidan ini cukup ringan dibandingkan dengan pemberian obat sejenis lainnya, yakni masalah pencernaan seperti sembelit, diare, mual, dan berkurangnya nafsu makan.

Lebih lanjut, peneliti memaparkan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis yang tepat dalam penggunaan.


Sumber : Vemale.com

Jumat, 13 September 2013

Mainan Bikin Kebutaan ?




Dalam memilih mainan, tak hanya mencari mainan yang edukatif, namun juga aman dan nyaman bagi si buah hati. Di antaranya adalah mainan-mainan yang tak mengandung bahan-bahan berbahaya, mainan yang tidak akan tertelan dan mainan yang tidak mengandung laser berbahaya.

Dilansir dari Dailymail, Administrasi Makanan dan Obat-Obatan Amerika telah mengecek banyaknya mainan yang berupa pistol-pistolan. maupun pedang-pedangan yang mengandung laser berbahaya. Kandungan laser ini walau sedikit, namun bisa membahayakan retina anak-anak kita.

Bahaya laser mini ini tidak akan menyakiti mata anak-anak kita. Namun perlahan tapi pasti, dampaknya akan membahayakan mata dalam hitungan minggu, bahkan harian. "Pancaran laser yang langsung ke mata akan memberikan dampak secara instan," kata Dan Hewett.

Ia mengatakan bahwa kebanyakan mainan anak jaman sekarang mengandung laser yang memiliki daya pancar yang kuat. Banyak produsen mainan yang menekankan bahwa produk mereka adalah mainan saja, sehingga orang tua dan anak seringkali menyangka mainan tersebut tidak berbahaya.

Bila Anda dan anak-anak Anda adalah penggemar mainan elektronik, pastikan Anda memberikan bimbingan tentang mainan yang mengandung radiasi cahaya seperti laser maupun mainan dengan layar monitor dengan radiasi tinggi. Bila perlu, minimalisir mainan seperti ini dan ganti dengan mainan lain yang lebih menunjang kreativitas anak.

Selamatkan masa kecil dan masa depan anak Anda mulai dari hal yang paling simple seperti memilih mainan berkualitas. Jangan lupa, selalu dampingi anak Anda selama masa pertumbuhannya.


Sumber : Vemale.com

Senin, 12 Agustus 2013

Tv Bikin Balita Sulit Bicara





Balita yang menonton televisi lebih dari tiga jam dalam satu hari diketahui lebih sulit berbicara dan rentan mengalami masalah bicara. Tak hanya itu, mereka juga lebih berkemungkinan menjadi korban bullying oleh teman-temannya.

Penelitian terbaru mengungkap bahwa terlalu banyak menonton televisi bisa menurunkan kemampuan bicara dan kemampuan matematika anak. Maksimal, anak hanya diperbolehkan menonton televisi dua jam dalam sehari. Penambahan jam akan meningkatkan risiko anak menjadi korban bullying serta menurunkan kemampuan bicara mereka.

Hal ini diperkirakan akibat kurangnya pengasuhan oleh orang tua serta kurangnya aktivitas fisik yang membuat anak kurang sehat. Ini merupakan penelitian pertama yang melihat kaitan antara lama balita menonton televisi dengan kemampuan motorik serta psikologis mereka.

"Penemuan ini menunjukkan pentingnya pengawasan dari orang tua saat mengasuh anak, dan memperhatikan rekomendasi menonton televisi bagi anak mereka. Anak hanya direkomendasikan untuk menonton televisi dua jam sehari. Terlalu lama menonton televisi bisa memberikan efek negatif," ungkap Profesor Linda Pagani dari University Montreal yang memimpin penelitian, seperti dilansir oleh Daily Mail.

Untuk penelitian ini, ilmuwan mengawasi 991 anak perempuan dan 1.0006 anak laki-laki di Quebec yang berusia 29 bulan. Mereka menemukan bahwa dibandingkan dengan anak yang jarang menonton televisi, anak yang menonton lebih dari dua jam mengalami efek negatif. Lebih lanjut, mereka berhasil mengidentifikasi bahwa kemampuan bicara, bahasa, serta matematika anak yang menurun akibat televisi.


Sumber : Merdeka.com

Rabu, 17 Juli 2013

Sakit Jantung Karna Sering DI Pukul




Penelitian terbaru dari University of Manitoba di Kanada menyebutkan kalau memukul anak bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, radang sendi, sampai obesitas.

Para peneliti tepatnya mengumpulkan data dari National Epidemiological Survey on Alcohol and Related Conditions pada tahun 2004 yang melibatkan 34.226 responden berusia 20 tahun ke atas.

Mereka kemudian menemukan kalau hukuman fisik pada anak meningkatkan risiko obesitas sebesar 24 persen, radang sendi sebanyak 35 persen, dan juga penyakit jantung.

"Memang benar anak perlu diajarkan untuk disiplin, tetapi jangan pakai kekerasan," terang kepala peneliti Tracie Afifi, seperti yang dikutip dari Medical Daily.

Sementara itu, Dr Fran Walfish yang merupakan seorang psikoterapis dan tidak terlibat dalam penelitian menyarankan beberapa cara untuk mengajarkan kedisiplinan pada anak tanpa menggunakan kekerasan.

Pertama, orang tua perlu berpikir sebelum berbicara dan menghadapi anaknya. Jika anak marah, orang tua pun sebaiknya tidak ikut marah. Kedua adalah mau mendengarkan keluhan anak. Sebab selama ini orang tua jarang mendengarkan anaknya namun kerap menuntut banyak hal.

Selanjutnya adalah memperkenalkan tanggung jawab tanpa memarahi anak. Misalnya jika anak menolak mandi, tuntun anak ke kamar mandi dan bantu untuk mandi.

Terakhir, orang tua bisa membatasi jadwal menonton televisi atau bermain gadget, namun sebagai gantinya mereka perlu menciptakan suasana yang lebih menyenangkan di rumah.


Sumber : Merdeka.com

Kamis, 20 Juni 2013

Masalah Kesehatan Anak




1. Diare

Diare dapat disebabkan oleh alergi makanan, gangguan pencernaan, dan infeksi. Anda harus mengambil tindakan khusus dalam kasus tersebut. Berikan anak minuman yang berasal dari campuran gula dan garam. Jika tak kunjung membaik, segera bawa anak Anda ke dokter.

2. Demam

Sebagian besar anak sering menderita demam. Penyakit ini bisa disebabkan oleh pilek atau infeksi bakteri dalam tubuh. Ini bukan masalah kesehatan yang bisa diabaikan begitu saja. Segera konsultasikan dengan dokter, ketika anak mengalami demam tinggi. Penanganan yang cepat dapat memberi hasil terbaik untuk kesehatan anak Anda.

3. Pilek

Pilek adalah salah satu penyakit umum yang diderita oleh anak. Ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus yang disertai dengan hidung tersumbat dan demam. Jika kondisi suhu tubuh terus meninggi, itu bisa menjadi gejala influenza atau pneumonia.

4. Masalah perut

Sakit perut, sembelit, dan asam lambung adalah beberapa penyakit umum yang diderita oleh anak. Kasus ini berhubungan dengan kebiasaan makan anak sehari-hari. Anak-anak juga memiliki kecenderungan memasukkan benda asing ke dalam mulut mereka. Nah, kebiasaan dapat dengan mudah menyebarkan bakteri ke dalam tubuh.

5. Ruam-ruam merah

Ruam-ruam merah disebabkan oleh masalah alergi pada kulit. Meskipun tidak menular, penyakit ini akan cukup merepotkan Anda. Anak-anak paling tidak tahan dengan masalah kulit seperti ruam. Alhasil, mereka jadi gampang rewel dan menggaruk ruam tersebut.


Sumber : merdeka.com

Selasa, 04 Juni 2013

Anak Anda Agresif?







Tubuh manusia merupakan mekanisme kompleks yang dapat memberikan sinyal saat mengalami kejadian tertentu. Salah satunya adalah keringat.

Jika Anda mengamati lebih jeli, keringat tidak hanya muncul saat seseorang berolahraga, tetapi juga pada kondisi lain seperti cemas, stres, dan ketakutan, kondisi yang juga dialami bayi berumur kurang dari 3 tahun.

Studi terbaru mengungkap bahwa bayi yang sedikit berkeringat saat merasa ketakutan akan menunjukkan agresivitas fisik dan verbal yang lebih tinggi saat menginjak tahun ketiga.

Untuk memastikan hal ini, tim peneliti dari School of Psychology, Cardiff University, Inggris, memasang elektroda perekam pada kaki beberapa bayi berusia satu tahun sekaligus mengukur skin conductance activity , untuk mengetahui berapa banyak keringat yang dihasilkan bayi-bayi tersebut saat ketakutan.

Hasilnya, bayi dengan SCA yang rendah saat tidur dan ketakutan, cenderung lebih agresif baik secara fisik dan verbal saat mereka menginjak usia 3 tahun. Hasil ini didapat dari para ibu yang diminta untuk mencatat perkembangan anak-anak mereka hingga tahun ketiga pasca penelitian.

Salah satu peneliti bernama Stephanie van Goozen mengatakan bahwa temuan ini membuka peluang untuk mengidentifikasi anak-anak yang berisiko memiliki perilaku agresif seiring pertumbuhan mereka.

Sekaligus membuka peluang untuk membuat program pencegahan agar sifat agresif tersebut tidak menjadi perilaku antisosial di masa mendatang, seperti dilansir Health24.


Sumber : vemale.com